Bismilahirohmannirohim,
Alhamdu lillahi robbil 'alamin...
Allohuma Sholi ‘ala sayyidina Muhammad…
Sobatku semua.....
Semoga
kita senantiasa bisa mensyukuri atas kemuliaan yang kita terima dari
Allah, dengan menjaga dan meningkatkan taqwa kita kepada allah sehingga
keluarga kita sakinah, mawadah, dan rohmah. Dan Semoga rejeki kita
dilimpah-limpahkan oleh Allah SWT, untuk kita gunakan sebagai bekal
ibadah, dapat digunakan untuk ziarah ke mekah medinah, dan semoga kita
meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Amin.
Sobat.....
Dalam
suatu pengajian Jum’at siang setelah sholat Jum’at di Ponpes Az-Zuhri
Ketileng Semarang, Abahe menyampaikan tentang beberapa Hadis dan
mengupasnya, sesuai konteks yang terjadi saat ini.
Seperti Biasanya Abahe senantiasa mengkritisi perkembangan kehidupan sehari-hari secara jeli.
Memandang kondisi yang terjadi dewasa ini, Yang pertama,
Abahe, menilai alangkah apologisnya kita sekarang ini. Masyarakat
sekarang ini tidak hanya sekedar apriori, tapi sudah pada tahap
apologis, masyarakat tidak lagi peduli apa-apa yang terjadi. Masyarakat
sudah terlalu lelah dan capek memikirkan permasalah-permasalah yang
mereka hadapi.
Coba kita lihat di
pemberitaan-pemberitaan di mass media, koran, televisi, radio, siapa
yang harus kita percaya, yang benar itu siapa ? Pemerintah-kah , Para
Wakil Rakyat-kah, ataukah ” Rakyat ” nya ? ( yang dimasud rakyat disini
sangat sumir, karena setiap orang selalu mengatasnamakan demi rakyat,
padahal yang disampaikan itu hanya suara pribadi atau paling banter
suara sekelompok orang saja ).
Sebagian besar Masyarakat kita sudah tidak peduli.!
Selain
itu coba kita lihat, sepertinya apabila kita menghadapi masalah,
ramainya itu paling lama hanya dalam hitungan minggu. Perhatikan kemarin
kita mendengar gencarnya berita tentang Pak Antasari Ketua KPK yang
tersandung kasus pembunuhan, sekarang sudah tidak terdengar beritanya
lagi. Kemarin dulu tentang wabah flu burung, wabah antrak, dan lain-lain
wabah penyakit, dulu begitu gencar di beritakan. Sekarang sudah tidak
ada yang peduli lagi. Kenapa demikian ?
Yang kedua, masyarakat kita ini tidak lagi sekedar egois, tapi sudah meningkat pada egosentris yang sifatnya duniawiyah.
Diilustrasikan oleh Abah :
Misal
suatu saat seorang suami baru saja pulang dari kerjanya, kemudian dia
langsung mandi, ganti baju, memakai minyak wangi, bersisir, dan kemudian
dia pergi keluar rumah lagi.
Kira-kira apa yang dipikir oleh si istri ?
Wah Suamiku pasti akan menemui wanita lain ! Atau dalam pikirannya koq tumben suamiku ini !!.
Tidak berhenti disitu, kemudian, setelah si suami pergi, kira-kira apa yang akan dilakukan si Istri ?
Bisa jadi dia kan menggeledah pakain suami yang dipakai tadi, kalo-kalo ada petunjuk perselingkuhan !
Kondisi semacam itu ternyata juga dialami oleh Rasulullah SAW.
Suatu
ketika Rasulullah SAW, Pulang ke rumah salah satu Istri Beliau, yaitu
Aisah RA. Tanpa berbasa-basi beliu langsung berganti pakain yang bagus
dan pergi lagi. Melihat hal itu Aisah Curiga dan sedikit cemburu,
jangan-jangan Beliau Rasulullah akan beralih ke istri yang lain. Oleh
karenanya Beliau Aisah mengikuti kemana perginya Rasulullah SAW.
Ternyata
beliau kemasjid dan melakukan sholat. Aisah menunggu cukup lama dan
melihat bagaimana lamanya Rasulullah SAW bersujud, sampai dikira mati.
Sesampai di rumah Rasulullah SAW, bertanya kepada Aisah, kenapa kamu curiga ?
Dijawab oleh Aisah : ” Alangkah sangat dekatnya Engkau dengan agamamu, sedangkan aku sangat dekat dengan duniawi ”
Kemudian dijelaskan oleh Rasulullah :
Tadi
tatkal aku tiba dan berganti baju, Jibril datang dan memberi tahuku ”
Wahai Muhamad SAW, ini adalah malam lailatul nisfu sa’ban. Allah
memerdekaan manusia-manusia dari neraka sebanyak tak terhitung
jumlahnya, sehingga alangkah baiknya bila Engkau Muhammad SAW.
mendoakan mereka. Oleh karena itu do’a yang kaudengar tadi lakukanlah
dan ajarkanlah. Wahai Aisyah karena malam ini lalitul syakban, saya
mohon ijin untuk sholat ( Al Hadist ).
Dari ilustrasi ini nampak
bahwa Rasulullah SAW, itu sangat sayang kepada istri dan putranya, tapi
juga sangat keras dalam hal Agama.
Apa yang kita ambil dari
ilustrasi itu ?, ternyata kita ini selalu berpikir dan bertindak
berdasar kepentingan sendiri, selalu memandang dari sudut pandang
kepentingan diri sendiri.
Itulah yang disebut egosentris. Dan ini cukup memprihatinkan di kehidupan kita sehari-hari.
Mensikapi dua fenomena itu, apa yang harus dilakukan ?
Yang
paling mudah adalah carilah Guru untuk mengaji Agama. Guru yang bisa
kita percaya dan bisa menyelamatkan kita di dunia dan akherat. Guru yang
sudah tidak tergoda dengan gemebyarnya dunia.
Lakukan sekarang sebelum
terlambat..!!
Dalam Taklim muta’alim, diajarkan bahwa dalam mencari
Guru ini kita diberi waktu 3 bulan. Dan apabila telah menemukan yang
cocok dan dapat memberi ketentraman di dalam hatimu, maka ikuti dan
lakukan apa-apa yang diperintahkan oleh Beliau. Kita harus yakin bahwa
Beliau tidak akan menjerumuskan kita ke lobang api neraka, tetapi akan
membimbing kita memasuki Surga. Amin.
Akhirnya saya mensitir Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah :
”
Barang siapa yang mengajak-ajak kejalan hidayah, maka bagi dirinya
mendapatkan pahala sama dengan orang-orang yang turut mengikuti
ajakan-ajakan kebaikan tadi. Dan dari pahala orang-orang yang mengikuti
ajakan kebaikan tersebut tidak terkurangi sedikitpun. Sebaliknya barang
siapa yang mengajak kejalan yang salah maka bagi dirinya mendapatkan
dosa dari mengajaknya dan juga menanggung dosa orang-orang yang mau
diajak berbuat dosa dimaksud, dan dosannya orang-orang yang hanya
mengikuti tidak dikurangi sedikitpun ”
Mari kita saling mengingatkan dalam hal kebajikan.
Terima kasih, semoga Allah meridhloi kita. Amin.
Wassalamu'alikum Wr.wb.
Said.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar