Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuhu…
Bismillahirohmanirrohim..
Alhamdulillahi robil ‘alamin
Allohuma sholi ‘ala Muhammad, Allohuma sholi ‘alaihi..
Sobat,..Hari ini saya membaca berita-berita di Koran yang
isinya menurut kandhane Hartono ( Rame Kondhe, Suara Merdeka ), “Iwak teri dibothok, isine ngeri thok “.
Banyak peristiwa penjambretan dijalan, tentara di bunuh preman, tahanan di penjara
di brondong senjata hingga tewas, tahanan wanita diperkosa polisi yang teller.
Tidak sekedar itu, penguasa berebut kekuasaan, para cerdik pandai berdebat yang
tidak ada ujungnya, anggota parpol yang saling jegal, harga-harga kebutuhan pokok melonjak, Bahan bakar langka, dsb, dsb.. Benar-benar ngeri, miris..!
mau apa kita ini ? lupakah kita di dunia ini disuruh apa ?
Sobat malam ini aku kembali membaca catatan-catatn
kecil atas apa yang pernah Abah sampaikan, dan coba saya renungkan. Adakah
sesuatu yang bisa menjelaskan fenomena apa ini ? Adakah sesuatu yang bisa
menentramkan hati ?
Ada catatan kecil, suatu ketika Abah ngendiko : Awalu ma, Ma’rifatullah ( ...betul gak ya..? ) kalau tidak salah maksudnya, bahwa awal kewajiban manusia
di dunia ini adalah mengenal Tuhannya, mengenal Allah Ta’ala. Kalo sudah mengerti dan mengenal tentang Tuhanmu,
tentang Penciptamu, kita harus melakukan
apa, dan seterusnya.
Dimana pengertian-pengertian itu akan kita peroleh ?
Gampang...,kita semua ini kan sekolah menuntut ilmu, Jadi sebetulnya kita ini sudah ada di track yang benar, hanya kadang kita tidak menyadari apa yang sebenarnya kita kejar. Kelulusan ?, gampang cari pekerjaan ? atau apa ?
Dari yang pernah aku dengar ketika Ngaji di Ponpes Az-Zuhri bahwa Tholabulilm faridhloh ( bener gak nih ? ), mencari ilmu itu wajib hukumnya. Ilmu apa saja harus kita pelajari. Tapi
Ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu Agama.
Meski sebetulnya seperti ngendikane Abah, dengan menguasai ilmu Agama, semua ilmu
bisa dipahami. Bahkan menurut Abah ilmu itu awalnya tidak ada dikhotomi antara
ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Semua ilmu itu bersumber dari ilmu agama.
Kita boleh mempelajari ilmu fisika, ilmu Politik, ilmu ekonomi, psykologi, ilmu budaya, seni, music,
dll. Setinggi mungkin, semampu kita dalam mempelajarinya. Tetapi setelah itu
harus dikembalikan kepada kekuasaan Allah Ta’ala. Sehingga semakin tinggi ilmu
kita, seharusny semakin bergetarlah hati kita melihat kekuasaan Allah.
Saya katakan seharusnya, karena kenyataan banyak
orang semakin pandai semakin sombong, semakin arogan, merasa paling tahu.
Seharusnya mereka menyadari bahwa itu semua karena kemurahan dari Sang Pencipta, Sang
Pemilik apa yang Nampak dan yang tidak Nampak. Yang dhohir dan yang bathin.
Semua dalam kekuasaan Allah Ta’ala. Kita lupa bahwa kewajiban kita itu mengenal Tuhan, Ma'rifatullah.
Penguasaan ilmu yang tidak dilandasi keimanan kepada
Allah, akan menjadikan bencana di dunia ini. Dan ini sudah kita rasakan
dampaknya pada kita, keserakahan, korupsi, eksploitasi alam, dll. yang semua itu
hanya untuk keperluan keduniawian, dengan alasan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia.
Benarkah itu ? kesejahteraan yang hanya diukur dari
penguasaan materi ? Tidak. Itu pasti tidak bersumber dari Ilmu Agama.
Apa itu
ilmu Agama ?
Yaitu ilmu yang diajarkan oleh Allah ta’ala melalui para
Utusan-utusannya, para Rasul Allah, yang dituangkan dalam Kitab Suci Al-Qur'an. ( kalau keliru mohon yang tahu bisa meluruskan..) yang sekarang ini diajarkan oleh para pewaris Nabi yaitu Al-Ulama.
Ya.. Al-Ulama, bukan ulama..
! karena Al-Ulama warosathul Anbiya, Al-Ulama itu pewarisnya Nabi
Oleh karena itu sobat…dalam menghadapi kenyataan hidup ini, tidak usah resah. Ayolah kita kembali ke Agama, amalkan
ilmu agama dengan benar. Fahami agama dengan kafah, jangan sepotong-sepotong,
carilah Guru ngaji yang sudah tidak cinta dunia.
Seperti pesan Abah “ Donya ora bakal gonjang-ganjing
yen Agama di anut “
Insyaallah.
Oke… sekian dulu, besok kita sambung lagi. Semoga
bermanfaat, dan semoga Allah meridhloi kita semua. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar