Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuhu…
Bismillahirohmanirrohim...
Alhamdulillahi robil ‘alamin...
Allohuma sholi ‘ala Sayidina Muhammad, Allohuma sholi ‘alaihi..
Sobat...hari ini, ditengah kegiatan sehari-hari saya, saya melihat televisi yang menayangkan hingar-bingar kehidupan, tentang kekuasaan, pengabdian, kebahagiaan, kesenangan, penderitaan, kekecewaan, kemarahan manusia, dan banyak hal lagi.
Ditengah hingar-bingar tayangan-tayangan televisi itu, saya mencoba merenung, tentang ke-diri-an saya. Dimanakah saya ? apa yang saya cari ? siapa saya ? Mau kemana kita ? Mau apa kita ini ? setelah ini apa ? whats next ?
Ya... pertanyaan-pertanyaan berat memang....
Mungkin sobat juga pernah mempertanyakan hal-hal itu ? Sudah adakah jawabannya ? ayo kita sharing...
WHO
AM I ? WHO WE ARE ?
Siapa
diri kita ini.?
Mari
kita coba telusuri…
Sebetulnya
siapa sih saya, anda, kita ? Kalau misalnya kita diminta untuk menunjukkan siapa
anda, pasti reaksi sebagian besar kita akan menyebut nama.
Kemudian bila
diminta menunjukkan dimana tepatnya wujud diri kita ? kepala kita kah, dada, lengan, atau badan
diri kita ? atau mungkin sifat, karakter, kepribadian kita ? Sulit kan ? coba yang mana ? Mungkin jawaban nya ya keseluruhan yang menempel di badan kita ini.
Oke.. kita anggap saja jawaban ini benar...!!
Pertanyaan berikutnya, unsur apa atau anasir apa saja
yang
membentuk, yang menjadikan diri kita eksis di dunia ini, yang menjadikan apa yang disebut saya, kamu, anda, kita semua manusia ?.
Jawabannya anggap saja bahwa anasir
diri itu meliputi Badan Raga, Jiwa, qolbu, perasaan, bawah sadar, kesadaran, sukma, dan
apa saja yang yang menjadikan kita ini ada, menjadikan kita eksis.
Secara singkatnya bahwa saya, atau kita ini ada karena memiliki badan raga yang dhohir, yang nampak ,dan ruh, jiwa, qolbu atau hal lain yang bhatin, yang tidak nampak wujudnya tapi kita rasakan keberadaannya. ( Mohon bila diantara sobat-sobat sekalian yang pernah ngaji tentang hal ini dapat memberi pencerahan )
Setelah
kita menyadari tentang eksistensi diri kita, mau apa kita ini ?
Secara naluriah, akan menjawab, kita akan menjalani hidup, bertahan, dan berjuang untuk hidup.
Berinteraksi dengan alam sekitar, bergaul dengan sesama agar hidup ini menjadi senang
dan bahagia. Ya setiap orang pasti menginginkan kebahagian dalam hidupnya. Kebahagian hidup inilah yang kita mau.
Tapi, bagaimana caranya ?
Banyak orang yang menawarkan dalam seminar-seminar kiat-kiat menuju hidup bahagia. Memang banyak caranya. Tapi sebetulnya semuanya kembali ke diri kita sendiri, bagaimana kita mengendalikan seluruh anasir yang membentuk kedirian kita diatas.
Pengendalian itu diwujudkan dalam amal perbuatan, yang disebut Ibadah.
“Tidaklah diciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada Allah “ Ya.. Ibadah kepada Dzat yang menciptakan kita, Dzat yang Maha Mengatur.
Tentang hal itu, tentang cara beribadah, tentang beramal, mari kita rujukkan ke dalam Al-Qur’an dan Al- hadist, yang menjadi tuntunan kita. " Akan selamat dan bahagialah kita bila dalam menjalani hidup ini senantiasa berpegangan pada Al-Qur'an dan Al-Hadist " ( kira-kira demikian pesan Rasulullah ketika melaksanakan Haji Wada'. Betul ? )
Setelah
berpegangan itu, kita mau apa ? whats next ?
Semua
manusia akan mati.
Ya...MATI...
Tapi dengan hadirnya kematian, berakhirkah hidup kita? ternyata belum berakhir sobatku...
Kematian hanya berlaku untuk raga kita, kehidupan raga di dunia ini memang sudah berakhir. Tapi
kehidupan diakherat baru akan dimulai. Karena yang disebut mati itu lepasnya
roh / nyawa dari raga. Raga kita tinggalkan di dunia, Roh atau nyawa kita
memasuki kehidupan berikutnya. Kehidupan dimana kita akan memetik buah dari amal perbuatan kita didunia.
Lalu
bekal apa yang yang harus kita bawa di kehidupan akherat itu ? yaitu amal
ibadah.kita didunia.Kalau amal ibadah kita baik, kita akan memetik kebahagian di akherat. Bila amal ibadah kita jelek, celakalah kita nanti.
Sobat...Itulah
yang aku renungkan. Kalau anasir yang memasuki kehidupan nanti di akherat adalah ruh atau nyawa kita sedangkan
bekalnya adalah amal ibadah kita, sudahkah saya memiliki bekal yang cukup ? sudahkah amal ibadah saya sudah benar sesuai kehendak Dzat Sang Pencipta ? Ridhlokah Allah Ta'ala terhadap amal ibadahku ?
Sungguh sobat...saya merasa belum cukup beramal ...apalagi mendapatkan ridhlo-Nya.
Dengan renungan-renungan diatas, saya merasa harus lebih fokus, khusuk dalam beramal dan beribadah, agar amal ibadah yang dilakukan dapat menyentuh pada anasir ruh. Artinya harus khusu’. Harus dilakukan secara
sadar, khudur.
Bagaimana bisa Khusuk, dan khudur ? ayo kita ngaji, cari Guru....
Insyaallah...sobat, dengan
pemahaman ini maka dalam setiap amal perbuatan kita, harus diupayakan untuk bisa
menggetarkan ruh kita agar selaras denga Dzat pencipta kita melalui
bacaan doa, wiridan,.Tasbih, Tahmid, Tahlil...dan sebagainya.
Dengan
begitu Insyaalah diri kita akan selalu merasa dekat dengan Sang Pemilik, dan
insyaalah hidup kita akan bahagia dunia akherat.
Akhirnya, Who am I ? aku adalah hamba, abdun, abid dari Sang Pencipta. Tugasku menghamba, mengabdi, beribadah kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Pengharapanku adalah Ridhlo dari Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Amin... Insyaallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar